Aug 4, 2022

Biografi Joseph Goebbles - "The Poison Dwarf"

Biografi Joseph Goebbles - "The Poison Dwarf"

Joseph Goebbels, Sang Ahli Propaganda Kepercayaan Hitler ("The Poison Dwarf")

Banyak orang yang mengatakan, saat mempelajari sejarah, kita juga sedang mengenali diri sendiri. Sementara saat mengabaikannya, kita seakan kehilangan ingatan. Sejarah memang tak bisa kita ubah, tetapi dapat terulang. Dengan mendalaminya kita pun dapat mengubah jalur cerita ke arah yang dianggap lebih baik.


Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah mengulik biografi orang-orang yang berpengaruh pada perubahan di masa lalu. Beberapa di antara mereka barangkali sudah dikenal luas, tetapi ada juga yang belum diketahui masyarakat luas. Seperti Joseph Goebbels, misalnya, yang menempati posisi Menteri Penerangan Publik dan Propaganda Nazi Jerman.


Masa muda sang ahli propaganda

Kisah hidup Goebbels dimulai di Rheydt, sebuah kota industri di selatan Moenchenglanbach yang berada di sekitar Dusseldoft. Pria bernama lengkap Paul Joseph Goebbels tersebut lahir pada 20 Oktober 1897. Dia dibesarkan di tengah keluarga sederhana yang menganut Katolik Roma dan merupakan anak keempat dari enam bersaudara.


Memasuki masa sekolah, Goebbels yang didiik di Gimnasium Katolik termasuk murid cerdas. Orangtuanya pun menginginkan putranya jadi pastor. Walau sempat mempertimbangkan keinginan tersebut, Goebbels malah menjauh dari gereja saat menuntut ilmu di Universitas Bonn, Wuerzburg, Freiberg, dan Muencehen dengan fokus utama literatur dan sejarah.


Kemudian di Freiburg, Goebbels jatuh cinta dengan Anka Stalherm yang merupakan kakak tingkatnya. Sayang pada 1920, hubungan mereka kandas bahkan nyaris mendorong Goebbels mengakhiri hidup. Namun, Goebbles berhasil melewati fase tersebut, lalu memutuskan menulis Michael: ein Deutsches Schicksal in Tagebuchblattern, novel semi-autobiografi yang menguatkan profil sang ahli propaganda.


Betaap tidak? Dalam novel tiga bagian tersebut, Goebbels menceritakan berbagai hal, dari kisah hidup Richard Flisges yang merupakan sahabatnya hingga pemikiran Goebbels yang menjadikan buku tersebut populer di bawah kekuasaan Partai Nazi. 


Selepas lulus pada 1922 dengan gelar Doktor Filosofi Jerman, Goebbels sempat menjajal berbagai pekerjaan, dari pengajar privat hingga wartawan. Sejumlah sejarawan menyebutkan Goebbels kerap menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kultur modern dan sikap anti-Semit yang sering dibahas dalam biografi hidupnya.


Bergabungnya Goebbels dengan Nazi Jerman

Goebbels menunjukkan ketertarikan pada Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman (Nazi) serta Adolf Hitler pada 1924. Hitler pada saat itu diadili atas tuduhan pengkhianatan setelah gagal menjalankan kudeta pada peristiwa Beer Hall Putsch yang terjadi selama 8-9 November 1923. Akan tetapi, persidangan yang dilaksanakan justru dimanfaatkan Hitler untuk menyebarkan propaganda.


Terpesona kharisma Hitler, Goebbels bergabung dengan Nazi dan dilantik sebagai pejabat distrik pada musim gugur 1924. Dua tahun kemudian, Hitler mengangkatnya sebagai Pemimpin Distrik Berlin. Lantas pada 1927, Goebbels mendirikan Der Angriff, tabloid mingguan nasional sosialis yang membuatnya diangkat sebagai Direktur Nasional untuk Urusan Propaganda Partai Nazi.


Pada titik ini, Goebbels mulai membuat sejumlah kisah hidup yang mengagungkan Hitler. Setiap hari, pria tersebut mendesain poster, menerbitkan propaganda, memicu perkelahian, serta meningkatkan agitasi politik. Dia pun mengendalikan propaganda di seluruh bentuk media massa, dari surat kabar hingga karya seni. 



Kepiawaian Goebbels begitu ditakuti, terutama oleh kalangan Yahudi. Atas perintah Hitler, Goebbels mengatur boikot para pengusaha Yahudi pada 1932. Hal ini berlanjut pada tahun berikutnya saat dia memimpin pemusnahan buku yang dianggap tak memperlihatkan sisi Jerman dan mengklaim era intelektualisme ekstrem Yahudi telah berakhir.


Keterlibatan Goebbels dalam Perang Dunia II

Kuatnya profil dan sederet pencapaian yang Goebbels lakukan jelas membuatnya dianggap berguna untuk keberlangsungan propaganda, termasuk saat Perang Dunia II berlangsung. Pidato-pidato yang dia gemakan membangkitkan semangat hingga mengantarkan kemenangan bagi Jerman.


Namun, situasi berbalik saat Sekutu menginvasi Sisilia, Italia, pada Juli 1943 serta saat Uni Soviet meraih kemenangan atas Pertempuran Kursk pada Juli-Agustus 1943. Hal tersebut lalu menyadarkan Goebbles bahwa Jerman mustahil bakal menang dalam perang. Khususnya saat Benito Mussolini yang merupakan sekutu Hitler menghadapi kejatuhan pada September 1943.


Untuk mengantisipasi dampak yang lebih parah, Goebbels mengusulkan gagasan perdamaian pada Hitler terhadap dua negara, yakni Inggris dan Uni Soviet. Sejumlah biografi juga menyebutkan bahwa teori Perag Total yang diciptakan Goebbels menyebutkan pengerahan seluruh sumber daya untuk kepentingan perang.


Gagasan Goebbels diterima pada pertengahan 1944 dengan sejumlah faktor. Di antaranya adalah pendaratan Normandia (D-Day) pada 6 Juni 1944 yang memungkinkan Sekutu menancapkan taring di Perancis. Kemudian, percobaan pembunuhan terhadap Hitler pada 20 Juli 1944 di Wolf’s Lair atau markas Front Timur yang berada di Rastenburg, Prussia Timur.


Plot bernama Operasi Valkyrie yang dilakukan Claus von Stauffenberg nyaris menghabisi Sang Fuehrer. Tiga hari setelah itu, Goebbels lantas dilantik jadi Jenderal Berkuasa Penuh untuk Perang Total yang membuatnya punya wewenang mengelola sumber daya manusia sebagai Wehrmacht.


Dalam bagian kisah hidup ini, Goebbels mampu menambah personil militer sampai 1,5 juta. Akan tetapi, Goebbels malah bersitegang dengan Menteri Industri Senjata Albert Speer yang disebabkan banyaknya orang yang diambil dari industri pertahanan yang belum punya kecakapan.


Hitler lantas memerintahkan Goebbels membentuk Volkssturm (Badai Rakyat) pada 18 Oktober 1944 yang berhasil merekrut 100.000 orang. Sayangnya, Goebbels menyadari unit milis Nazi tersebut kurang efektif karena sebagian besar anggotanya berusia 45 hingga 60 tahun dan dianggap kurang maksimal menghadapi pasukan Soviet.


Akhir masa kejayaan dan kematian Goebbels

‘Masa senja’ kejayaan Goebbels terasa menjelang berakhirnya Perang Dunia II. Selain pidatonya yang tak lagi efektif membangkitkan semangat, tentara Soviet pun sudah menempati Sungai Oder dengan negara Barat bersiap menyeberangi Sungai Rhine. Proposal perdamaiannya pun langsung ditolak mentah-mentah.


Dalam beberapa biografi, Goebbels dikisahkan ditunjuk Hitler sebagai Kanselir Negara Jerman. Perintah ini juga merupakan wasiat terakhir Sang Fuehrer. Akan tetapi, Goebbels menolaknya dan memilih menemani Hitler. Kematian Hitler pada 30 April 1945 yang begitu mengejutkan pun membuat Goebbels semakin frustrasi dan pada akhirnya dia menunaikan tugas sebagai kanselir. 


Wakil Laksamana Hans-Erich Voss mengungkapkan bahwa dia sempat meminta Goebbels ikut melarikan diri dari Berlin. Namun, sang ahli propaganda menolaknya karena kondisi serta usia anak-anaknya yang masih kecil. Meski begitu, pada 1 Mei 1945 di malam hari, Goebbels meminta Helmut Kunz, seorang dokter Nazi, untuk menyuntik keenam anaknya dengan morfin. Setelah mereka tak sadar, kapsul berisi racun sianida dimasukkan ke mulut mereka.


Kisah hidup Goebbels berakhir tragis di taman Reich Chancellery. Bersama istri, keduanya memutuskan mengakhiri hidup. Ada sejumlah versi yang mengisahkan peristiwa tersebut. Satu, Goebbels menembak sang istri sebelum mengarahkan pistol ke dirinya. Dua, mereka ikut menelan kapsul berisi sianida dan saling menembak untuk mencegah penderitaan.


Jenazah Goebbels lantas dibakar dan ditemukan Soviet beberapa hari kemudian, lalu dimakamkan keluarga di SMERSH pada 21 Februari 1946.

Biografi Joseph Goebbles - "The Poison Dwarf"
4/ 5
Oleh
Add Comments

Komentar yang bersifat Spam, SARA, Konten Dewasa akan dihapus
EmoticonEmoticon